Setiap mahluk hidup, mempunyai kadar masalahnya
masing-masing. Tak peduli besar ataupun kecil. Kaya ataupun miskin. Hidup
ataupun mati. Karena kompleksitas masalah, memang telah menjadi kodrat yang tak
bisa terbantahkan, oleh apa pun dan siapa pun.
Berbicara
mengenai orang yang sudah mau "
mati " ataupun mau " bunuh diri " tak lengkap rasanya. Jika, tak
menyinggung masalah kuburan. Di karenakan, letak kuburan selalu
berbeda-beda. Dan, mungkin, memang sengaja di bedakan, tentunya dengan
dalih berbeda ajaran agama.
Padahal kita tahu, bahwa keinginan orang mati
itu sebenarnya sangat sederhana. Yakni, di maafkan, di sholatkan, di mandikan, di
kuburkan serta di doakan. Bukan, meminta untuk adanya pemisahaan sekat antar agama. Seperti,
Hindhu dan Konghucu, Islam dan Budha, Katholik dan Protestan.
Jikalau masih banyak kuburan yang terpisahkan, karena
masalah berbeda agama. Hal ini lantas membuktikan, bahwa klasifikasi orang
yang sudah mati itu memang benar-benar ada. Dan, hebatnya lagi, sudah menjadi
perilaku yang mendunia. Sebut saja, dahulu di masa Adolf Hitler. Dan, kini, di
masa Angela Dorothea Merkel.
Sesungguhnya tak ada alasan, ketika mengataskanamakan sebuah dogma.
Kemudian, harus di kebumikan dengan cara, gaya dan tempat yang berbeda pula. Ya,
memang semua tergantung dari indikator agama, budaya dan tak pernah ketinggalan
adalah harta. Atau mungkin, berbeda agama membuat klasifikasi antara surga dan
neraka, itu berbeda juga. Entahlah.
Beginilah, ketika semua terjebak pada pola pikir
yang sama. Sehingga, tidak semua memandang sebuah perbedaan itu sebagai bagian
dari rahmat, melainkan laknat. Menyedihkan, memang.
Ketika
semasa hidup saja, sudah penuh diskriminasi dalam segala rupa dan dalam berbagai
macam bentuk wacana. Dan, mengapa ketika
mati pun, hal seperti itu pun masih terus di bawa. Padahal, setiap dari kita,
menyakini sekaligus mengamini. Bahwa, hal seperti itu seharusnya memang sudah tidak
ada, apalagi sampai di pelihara.
Karena
memang, pada dasarnya persepktif semua mahluk hidup di dunia itu sama, di
hadapan Sang Pecipta. Kini dan nanti ketika kita mati. Terkecuali, segala
tindakan dan buah pemikirannya, selama ia hidup, mungkin.
Dan,
hidup atau mati secara berdampingan dengan kawan ataupun lawan.
Mungkin, jauh lebih indah, ketimbang berpisah hanya karena masalah
perbedaan ajaran agama.
Kesimpulan
: Agama itu bukan terletak di jubah, rok mini
ataupun kopiah. Tapi Agama itu ada di dalam hati. Dan, inti dari agama adalah
kemanusiaan.
Posting Komentar